Selasa, 23 Desember 2014

Goa Jepang Kaliurang Jogjakarta

Di kawasan dataran tinggi Kaliurang, tepatnya di lereng Gunung Merapi, terdapat kompleks wisata alam bernama Nirmolo Kaliurang. Di dalam kompleks ini, terdapat situs goa peninggalan masa penjajahan Jepang.

Goa peninggalan Jepang ini terlihat sangat eksotis. Letaknya yang berada di pegunungan membuat udara di tempat ini terasa sangat sejuk. Apalagi, pengunjung dapat melihat kawanan monyet di habitat alaminya.

Untuk sampai ke Goa Jepang dari pintu masuk Nirmolo Kaliurang, pengunjung harus menempuh perjalanan menanjak selama 45 menit. Jalur yang dilalui tidak terlalu terjal tapi berliku. Bagi yang tidak suka dengan wisata petualangan, mungkin akan menyerah sebelum sempat sampai ke lokasi Goa Jepang. Tapi bagi yang mampu bertahan, dari pertigaan jalur antara Plawangan dan Goa Jepang, pengunjung dapat menyaksikan keindahan Gunung Merapi dari dekat.

Menurut pengelola kompleks wisata alam Nirmolo Kaliurang, Goa Jepang yang berada di Kaliurang dahulu difungsikan oleh tentara Jepang sebagai tempat tinggal dan berlindung dari tentara sekutu. Berbeda dengan karakter Goa Jepang yang ada di beberapa kota lain di Indonesia, seperti di Bandung, Papua, Bali, NTT, dan Jawa Timur, Goa Jepang yang berada di Kaliurang berjumlah 25 unit. Goa-goa tersebut saling berhubungan satu sama lain, masih orisinal, dan tanpa penerangan.

Walau tanpa penerangan, pengunjung tidak perlu khawatir ketika memasuki goa ini. Di depan pintu masuk goa pertama, terdapat pemandu yang siap menemani dan menjelaskan berbagai hal tentang goa ini. Dengan biaya yang relatif terjangkau, pengunjung dapat menyewa fasilitas penerangan sekaligus ditemani seorang pemandu.

Selain Goa Jepang, di kompleks wisata alam Nirmolo Kaliurang yang berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi juga terdapat beberapa situs wisata lain – seperti curug dan Plawangan.

Pengunjung akan mendapatkan dua manfaat sekaligus jika berkunjung ke kompleks wisata ini. Selain dapat menikmati wisata alam, pengunjung juga diperkaya dengan pengetahuan sejarah penjajahan Jepang di Indonesia. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]

cuplikan cerita singkat mengenai Goa Jepang Kaliurang saya ambil dari: www.indonesiakaya.com






Pengalaman wisata saya mengenai Goa Jepang Kaliurang ini pada sekitar tahun 2001. Pada saat itu saya kedatangan teman-teman saya dari Cilacap. Mereka mengajak saya untuk berwisata ke daerah kaliurang Yogyakarta. Saya pikir-pikir kebetulan juga, sekalian bisa hunting foto untuk mengerjakan tugas kampus [ saya pada saat itu masih kuliah fotografi di MSD Yogyakarta ]. Saya akhirnya mengusulkan untuk ke goa Jepang kaliurang saja yang belum pernah, karena kalo ke wisata kaliurang sudah sering. Teman-teman saya setuju, akhirnya kita pergi 4 orang [ saya,andi,ook,dian jayenk] menuju lokasi. 

Setelah tiba di lokasi kami ber-empat memasuki gerbang dan menyusuri jalur yang berliku menanjak menuju lokasi goa Jepang. Cukup lelah juga jalan menuju goa Jepang tersebut, jalanannya  sempit berkelok tapi juga disuguhi pemandangan alam yang indah. Sesampainya di goa yang pertama kami ber-empat merasa lega. Akhirnya kami susuri satu persatu goa, lalu kami melanjutkan mencoba menyusuri jalan untuk mengetahui batas akhir jalan tersebut. 

Sampai di ujung kami menemui ada beberapa pasang muda mudi yang sedang berpacaran, disitu saya melihat ada jalur yang tertutup oleh belukar yang dipenuhi duri. Saya mengajak teman-teman saya untuk mencoba menyusuri jalur tersebut dan teman-teman saya setuju. Teman-teman saya meminta saya untuk berjalan paling depan, dengan berhati-hati saya menyingkirkan belukar berduri yang menghalangi dengan menggunakan tripod kamera yang saya bawa, dan kita  akhirnya berhasil menembus jalan kecil tersebut. 

Disana kami ber-empat disambut dengan suguhan sebuah goa Jepang yang ditutupi oleh pintu yang tidak bisa kami buka, kamipun tidak tau ada apa dibalik pintu tersebut. Disebelah persis goa terakhir tersebut kami menemukan ada kolam jernih dengan kedalaman selutut orang dewasa dengan air terjun yang dindingnya datar selebar sekitar kurang lebih 5 meteran dengan ketinggian sekitar 15-20 meter. Sungguh suatu pemandangan yang luar biasa. Tidak sia-sia kami bersusah payah berjalan menembus jalan yang ditumbuhi belukar berduri. 

Teman-teman saya terlihat begitu senang, mereka ber-tiga langsung bertelanjang dada bermain air dikolam tersebut. Saya saat itu langsung mempersiapkan tripod kamera dan roll film dan juga kamera foto untuk kami bisa berfoto bersama. 

Disaat kami saling bergurau dan berfoto bersama, saya saat itu dari arah atas mendengar suara burung yg bunyinya berbeda dengan burung lainnya. Biasanya suara burung bercicit saat itu saya mendengar mereka seperti tertawa. Sambil memegang kamera dan berusaha memotret teman-teman saya yang sedang tertawa senang bermain air, saya merasakan ada kejanggalan dilokasi tersebut. 

Lantas saya suruh teman-teman saya untuk segera memakai baju dan bergegas pergi dari lokasi tersebut. Teman-teman saya kebingungan tapi mereka tetap menuruti perintah saya. Saat teman-teman saya sibuk memakai baju saya melihat dari arah atas air terjun dan dari balik pepohonan turun kabut tipis berwarna putih merambat turun dan semakin menebal. 

Saya berteriak agar kita semua bergegas pergi dari lokasi tersebut, kamipun langsung berlari. Jalan sempit berbelukar berduri yang tadinya kita lewati dengan hati-hati kami terjang tanpa memperdulikan duri-duri yang ada. Sambil sesekali menengok ke belakang, saya melihat kabut tersebut semakin tebal turun dan seperti mengejar kami. Sesudah kami melewati goa yang paling depan saya mengajak teman-teman saya untuk berhenti sejenak. 

Disitu teman-teman saya bertanya kenapa saya mengajak mereka berlari. Disitu saya menjelaskan bahwa saya mendengar suara burung yang aneh yg seperti tertawa dan kita sedang dikejar kabut putih. Saat kami menengok kearah belakang, kami melihat kabut yang mengejar kami tersebut berangsur mundur menjauh dan menipis kembali ke arah kabut tersebut berasal, dan suasana di lokasi tersebut kembali cerah. Begitu suasana kembali cerah saya bertanya ke teman-teman lainnya, kemana beberapa pasangan muda-mudi yang tadi kita temui sebelum kami memasuki jalan berbelukar berduri? Teman-teman saya juga kebingungan. 

Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke pintu gerbang, tapi sebelumnya saya menyempatkan diri mengambil beberapa foto untuk tugas kuliah fotografi saya. Sesampainya di dekat gerbang masuk kami menjumpai beberapa pasang muda-mudi yang sedang berpacaran di beberapa titik. Kami akhirnya lega sepertinya mereka sudah lebih dulu turun dan tidak terjebak diantara kabut tersebut. Disitu kami juga jadi tau kalo di atas sana hanya tersisa kami ber-empat dan tidak ada pengunjung lainnya. 

Sepertinya kabut tersebut menyuruh kami untuk segera turun. Karena setelah kami keluar gerbang dengan beberapa pasang muda-mudi yang juga ikut keluar lokasi, petugas bergegas menutup gerbang.

Sesampainya di rumah kontrakan kami merasa lega, disitu saya menanyakan apa ada yang terluka terkena duri. Salah satu teman saya ternyata ada yang terluka, tapi dia tidak menyadari dan merasakan perih, akhirnya kita segera mengobati lukanya.

Diluar segala ceritanya yang lain Goa Jepang Kaliurang tetaplah sebuah situs sejarah yang memiliki banyak cerita sejarah, patut dilestarikan. Goa Jepang Kaliurang tetap layak menjadi destinasi wisata yang wajib dikunjungi jika sedang berada di Jogjakarta.

[ Wahyu Wiguno ]

2 komentar:

  1. Keren ceritanya pak..kemarin (11/8/2018) jam 17.00,saya dan anak pergi mengunjungi goa jepang ini ternyata sampai disana tidak ada siapa siapa alias kosong.

    BalasHapus