Di kawasan dataran tinggi Kaliurang, tepatnya di lereng Gunung Merapi,
terdapat kompleks wisata alam bernama Nirmolo Kaliurang. Di dalam
kompleks ini, terdapat situs goa peninggalan masa penjajahan Jepang.
Goa
peninggalan Jepang ini terlihat sangat eksotis. Letaknya yang berada di
pegunungan membuat udara di tempat ini terasa sangat sejuk. Apalagi,
pengunjung dapat melihat kawanan monyet di habitat alaminya.
Untuk
sampai ke Goa Jepang dari pintu masuk Nirmolo Kaliurang, pengunjung
harus menempuh perjalanan menanjak selama 45 menit. Jalur yang dilalui
tidak terlalu terjal tapi berliku. Bagi yang tidak suka dengan wisata
petualangan, mungkin akan menyerah sebelum sempat sampai ke lokasi Goa
Jepang. Tapi bagi yang mampu bertahan, dari pertigaan jalur antara
Plawangan dan Goa Jepang, pengunjung dapat menyaksikan keindahan Gunung
Merapi dari dekat.
Menurut pengelola kompleks wisata alam
Nirmolo Kaliurang, Goa Jepang yang berada di Kaliurang dahulu
difungsikan oleh tentara Jepang sebagai tempat tinggal dan berlindung
dari tentara sekutu. Berbeda dengan karakter Goa Jepang yang ada di
beberapa kota lain di Indonesia, seperti di Bandung, Papua, Bali, NTT,
dan Jawa Timur, Goa Jepang yang berada di Kaliurang berjumlah 25 unit.
Goa-goa tersebut saling berhubungan satu sama lain, masih orisinal, dan
tanpa penerangan.
Walau tanpa penerangan, pengunjung tidak perlu
khawatir ketika memasuki goa ini. Di depan pintu masuk goa pertama,
terdapat pemandu yang siap menemani dan menjelaskan berbagai hal tentang
goa ini. Dengan biaya yang relatif terjangkau, pengunjung dapat menyewa
fasilitas penerangan sekaligus ditemani seorang pemandu.
Selain
Goa Jepang, di kompleks wisata alam Nirmolo Kaliurang yang berada di
bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi juga terdapat beberapa
situs wisata lain – seperti curug dan Plawangan.
Pengunjung akan
mendapatkan dua manfaat sekaligus jika berkunjung ke kompleks wisata
ini. Selain dapat menikmati wisata alam, pengunjung juga diperkaya
dengan pengetahuan sejarah penjajahan Jepang di Indonesia. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]
cuplikan cerita singkat mengenai Goa Jepang Kaliurang saya ambil dari: www.indonesiakaya.com
Pengalaman wisata saya mengenai Goa Jepang Kaliurang ini pada
sekitar tahun 2001. Pada saat itu saya kedatangan teman-teman saya dari
Cilacap. Mereka mengajak saya untuk berwisata ke daerah kaliurang
Yogyakarta. Saya pikir-pikir kebetulan juga, sekalian bisa hunting foto
untuk mengerjakan tugas kampus [ saya pada saat itu masih kuliah
fotografi di MSD Yogyakarta ]. Saya akhirnya mengusulkan untuk ke goa
Jepang kaliurang saja yang belum pernah, karena kalo ke wisata kaliurang
sudah sering. Teman-teman saya setuju, akhirnya kita pergi 4 orang [
saya,andi,ook,dian jayenk] menuju lokasi.
Setelah tiba di lokasi kami ber-empat memasuki gerbang dan menyusuri
jalur yang berliku menanjak menuju lokasi goa Jepang. Cukup lelah juga
jalan menuju goa Jepang tersebut, jalanannya sempit berkelok tapi juga
disuguhi pemandangan alam yang indah. Sesampainya di goa yang pertama
kami ber-empat merasa lega. Akhirnya kami susuri satu persatu goa, lalu
kami melanjutkan mencoba menyusuri jalan untuk mengetahui batas akhir
jalan tersebut.
Sampai di ujung kami menemui ada beberapa pasang muda
mudi yang sedang berpacaran, disitu saya melihat ada jalur yang tertutup
oleh belukar yang dipenuhi duri. Saya mengajak teman-teman saya untuk
mencoba menyusuri jalur tersebut dan teman-teman saya setuju.
Teman-teman saya meminta saya untuk berjalan paling depan, dengan
berhati-hati saya menyingkirkan belukar berduri yang menghalangi dengan
menggunakan tripod kamera yang saya bawa, dan kita akhirnya berhasil
menembus jalan kecil tersebut.
Disana kami ber-empat disambut dengan
suguhan sebuah goa Jepang yang ditutupi oleh pintu yang tidak bisa kami
buka, kamipun tidak tau ada apa dibalik pintu tersebut. Disebelah persis
goa terakhir tersebut kami menemukan ada kolam jernih dengan kedalaman
selutut orang dewasa dengan air terjun yang dindingnya datar selebar
sekitar kurang lebih 5 meteran dengan ketinggian sekitar 15-20 meter.
Sungguh suatu pemandangan yang luar biasa. Tidak sia-sia kami bersusah
payah berjalan menembus jalan yang ditumbuhi belukar berduri.
Teman-teman saya terlihat begitu senang, mereka ber-tiga langsung
bertelanjang dada bermain air dikolam tersebut. Saya saat itu langsung
mempersiapkan tripod kamera dan roll film dan juga kamera foto untuk
kami bisa berfoto bersama.
Disaat kami saling bergurau dan berfoto
bersama, saya saat itu dari arah atas mendengar suara burung yg bunyinya
berbeda dengan burung lainnya. Biasanya suara burung bercicit saat itu
saya mendengar mereka seperti tertawa. Sambil memegang kamera dan
berusaha memotret teman-teman saya yang sedang tertawa senang bermain
air, saya merasakan ada kejanggalan dilokasi tersebut.
Lantas saya suruh
teman-teman saya untuk segera memakai baju dan bergegas pergi dari
lokasi tersebut. Teman-teman saya kebingungan tapi mereka tetap menuruti
perintah saya. Saat teman-teman saya sibuk memakai baju saya melihat
dari arah atas air terjun dan dari balik pepohonan turun kabut tipis
berwarna putih merambat turun dan semakin menebal.
Saya berteriak agar
kita semua bergegas pergi dari lokasi tersebut, kamipun langsung
berlari. Jalan sempit berbelukar berduri yang tadinya kita lewati dengan
hati-hati kami terjang tanpa memperdulikan duri-duri yang ada. Sambil
sesekali menengok ke belakang, saya melihat kabut tersebut semakin tebal
turun dan seperti mengejar kami. Sesudah kami melewati goa yang paling
depan saya mengajak teman-teman saya untuk berhenti sejenak.
Disitu
teman-teman saya bertanya kenapa saya mengajak mereka berlari. Disitu
saya menjelaskan bahwa saya mendengar suara burung yang aneh yg seperti
tertawa dan kita sedang dikejar kabut putih. Saat kami menengok kearah
belakang, kami melihat kabut yang mengejar kami tersebut berangsur
mundur menjauh dan menipis kembali ke arah kabut tersebut berasal, dan
suasana di lokasi tersebut kembali cerah. Begitu suasana kembali cerah
saya bertanya ke teman-teman lainnya, kemana beberapa pasangan muda-mudi
yang tadi kita temui sebelum kami memasuki jalan berbelukar berduri?
Teman-teman saya juga kebingungan.
Akhirnya kami memutuskan untuk
kembali ke pintu gerbang, tapi sebelumnya saya menyempatkan diri
mengambil beberapa foto untuk tugas kuliah fotografi saya. Sesampainya
di dekat gerbang masuk kami menjumpai beberapa pasang muda-mudi yang
sedang berpacaran di beberapa titik. Kami akhirnya lega sepertinya
mereka sudah lebih dulu turun dan tidak terjebak diantara kabut
tersebut. Disitu kami juga jadi tau kalo di atas sana hanya tersisa kami
ber-empat dan tidak ada pengunjung lainnya.
Sepertinya kabut tersebut
menyuruh kami untuk segera turun. Karena setelah kami keluar gerbang
dengan beberapa pasang muda-mudi yang juga ikut keluar lokasi, petugas
bergegas menutup gerbang.
Sesampainya di rumah kontrakan kami merasa lega, disitu saya
menanyakan apa ada yang terluka terkena duri. Salah satu teman saya
ternyata ada yang terluka, tapi dia tidak menyadari dan merasakan perih,
akhirnya kita segera mengobati lukanya.
Diluar segala ceritanya yang lain Goa Jepang Kaliurang tetaplah
sebuah situs sejarah yang memiliki banyak cerita sejarah, patut
dilestarikan. Goa Jepang Kaliurang tetap layak menjadi destinasi wisata
yang wajib dikunjungi jika sedang berada di Jogjakarta.
[ Wahyu Wiguno ]
Selasa, 23 Desember 2014
Wanagama Jogjakarta
Letak
wisata Hutan Wanagama berada di desa Banaran ,kecamatan Playen, kabupaten
Gunungkidul, Jogjakarta. Lokasi hutan Wanagama sekitar 30 km dari kota Jogjakarta,
bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Jika dari Jogjakarta
arahnya menuju Wonosari Gunungkidul, patokannya lampu merah perempatan
pasar Gading. Dari sini belok kanan menuju desa Banaran, setelah 2 km sampai di
pintu gerbang Hutan Wanagama.
Hutan Wanagama dulunya merupakan lahan tandus, sampai akhirnya direboisasi hingga seperti sekarang ini. Penghijauan dilakukan oleh akademisi dari Fakultas Kehutanan Gadjah Mada dibantu warga setempat sejak tahun 1964. Sekarang hasilnya sudah bisa terlihat, beragam tanaman tumbuh lebat, layaknya sebuah hutan dengan beragam kekayaan hayatinya. Gunung Kidul yang terkenal gersang dan tandus, tidak terlihat disini.
Saya pertama kali mengunjungi lokasi wanagama pada saat hunting lokasi untuk pemotretan prewedding disekitar tahun 2007. Padahal saya sudah beberapa kali melalui jalur tersebut pada saat akan ke pantai di daerah wonosari. Di salah satu sudut wanagama saya menemukan sebuah bangunan Museum kayu yang sangat unik, sedangkan disebelahnya terdapat sungai kecil yang juga tak kalah indahnya. Saya bersama teman saya mencoba menyusuri sungai tersebut dan mengambil beberapa gambar untuk dijadikan referensi lokasi foto.
Ada cerita menarik di wanagama, konon katanya disana pernah ada sepasang muda-mudi yang melakukan tindakan tidak senonoh [melakukan hubungan suami istri] di daerah wanagama. Lantas saat mereka melakukan perbuatan tersebut alat kelamin mereka tidak dapat dipisahkan. Setelah dilakukan berbagai upaya oleh orang-orang yang ingin membantu mereka, mereka tetap tidak dapat membantu memisahkan. Lantas ada yang mengatakan untuk bisa memisahkan mereka, salah satu dari muda mudi tersebut harus ada yang meninggal. Dan menurut ceritanya, si perempuan akhirnya meninggal dan merekapun bisa dipisahkan.
Mungkin cerita tersebut bisa benar adanya, dan karena kejadian tersebut ada peringatan yang bertulis dilarang berbuat asusila di wilayah tersebut.
Terlepas dari kisah tersebut, kita seharusnya bisa menghargai alam, baik dengan tidak merusaknya, membuang sampah ataupun melakukan tindakan yang melanggar norma. Dengan menghargai alam, alampun akan memberikan yang terbaik bagi kita.
Lokasi wanagama sangat asik untuk dijadikan lokasi berwisata dan juga apabila anda suka membuat foto-foto baik mengenai alam, model dll bisa menjadikan lokasi ini menjadi salah satu tempat favorit. Tentunya dengan tetap mengedepankan aturan norma yang ada, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
[ Wahyu Wiguno ]
Hutan Wanagama dulunya merupakan lahan tandus, sampai akhirnya direboisasi hingga seperti sekarang ini. Penghijauan dilakukan oleh akademisi dari Fakultas Kehutanan Gadjah Mada dibantu warga setempat sejak tahun 1964. Sekarang hasilnya sudah bisa terlihat, beragam tanaman tumbuh lebat, layaknya sebuah hutan dengan beragam kekayaan hayatinya. Gunung Kidul yang terkenal gersang dan tandus, tidak terlihat disini.
Tentang Museum Kayu Wanagama Yogyakarta
Museum ini berdiri atas ide staf dosen Fakultas Kehutanan Universitas
Gajah Mada Prof. Dr. Ir. Hj. Oemi Hani’in Soeseno dan Ir. Etty Suliantoro
Sulaiman bersama Perum Perhutani setelah mengikuti Pameran Museum Antropologis
di Perancis dan pendirian Jati Centre di Cepu dalam rangka lebih
mengekspresikan kayu. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan pendirian bangunan
museum tahun 1995 di kawasan hutan pendidikan Wanagama.
Bahan baku bangunan
museum berupa dua buah rumah kayu buatan tahun 1880 sumbangan dari Perum
Perhutani yang dirombak menjadi satu bangunan dalam bentuk rumah panggung. Museum
ini diresmikan pada tanggal 8 Agustus 1998 oleh Gubernur Daerah IstimewaYogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Menteri Kehutanan RI. Ir. Muslimin
Nasution.
Daerah Gunung Kidul bagai selatan secara topografi merupakan jajaran
pegunungan kapur. Kondisi inilah yang membuat para pakar Fakultas
Kahutanan UGM tertantang untuk menghijaukannya. Pada November 1990,
penanaman pohon jati di areal batu cadas Hutan Wanagama pun dilakukan.
Aksi ini didukung oleh Pangeran Charles, putra mahkota kerajaan Inggris
yang merupakan pecinta dan penggerak lingkungan hidup. Apabila Anda
berkunjung ke sana, Anda dapat melihat gebyok jati yang telah berusia
dua ratus tahun yang merupakan hibah dari PERHUTANI serta beragam fosil
kayu yang unik lainnya.
Bangunan Museum Kayu Wanagama berbentuk rumah panggung.
Bahan material bangunan dari tanah hingga lantai merupakan konstruksi beton,
lantai dan dinding dari bahan kayu, sedangkan atap dari genteng tanah.
Koleksi museum antara lain :- Meja lurah dari Jepara
- Arca Gupolo dari kayu sengon
- Meja dan kursi mantan Menteri Kehutanan RI Ir. Sudjarwo
- Gebyok kayu jati berukir khas Jepara
- Fosil kayu jati yang berumur ratusan tahun
- Aneka macam barang kerajinan kayu dari berbagai daerah di Indonesia
Fasilitas yang mendukung museum :
- Warung makan khas Wanagama
- Pasar seni
- Agroforesty
- Berbagai jenis pertamanan percobaan ( jati monfori, nangka, perupuk, acacia, dan lain-lain)
- Camping Ground (areal perkemahan)
- Kelas 4 ruang
- Asrama
- Gedung serba guna
Jam Buka Museum:
- Senin - Sabtu: 08.00 - 17.00 WIB
- Minggu: Tutup
Kontak:
- Alamat: Gading, Playen, Gunung Kidul.
- Telp. (0274) 545639, 082137553011
Saya pertama kali mengunjungi lokasi wanagama pada saat hunting lokasi untuk pemotretan prewedding disekitar tahun 2007. Padahal saya sudah beberapa kali melalui jalur tersebut pada saat akan ke pantai di daerah wonosari. Di salah satu sudut wanagama saya menemukan sebuah bangunan Museum kayu yang sangat unik, sedangkan disebelahnya terdapat sungai kecil yang juga tak kalah indahnya. Saya bersama teman saya mencoba menyusuri sungai tersebut dan mengambil beberapa gambar untuk dijadikan referensi lokasi foto.
Ada cerita menarik di wanagama, konon katanya disana pernah ada sepasang muda-mudi yang melakukan tindakan tidak senonoh [melakukan hubungan suami istri] di daerah wanagama. Lantas saat mereka melakukan perbuatan tersebut alat kelamin mereka tidak dapat dipisahkan. Setelah dilakukan berbagai upaya oleh orang-orang yang ingin membantu mereka, mereka tetap tidak dapat membantu memisahkan. Lantas ada yang mengatakan untuk bisa memisahkan mereka, salah satu dari muda mudi tersebut harus ada yang meninggal. Dan menurut ceritanya, si perempuan akhirnya meninggal dan merekapun bisa dipisahkan.
Mungkin cerita tersebut bisa benar adanya, dan karena kejadian tersebut ada peringatan yang bertulis dilarang berbuat asusila di wilayah tersebut.
Terlepas dari kisah tersebut, kita seharusnya bisa menghargai alam, baik dengan tidak merusaknya, membuang sampah ataupun melakukan tindakan yang melanggar norma. Dengan menghargai alam, alampun akan memberikan yang terbaik bagi kita.
Lokasi wanagama sangat asik untuk dijadikan lokasi berwisata dan juga apabila anda suka membuat foto-foto baik mengenai alam, model dll bisa menjadikan lokasi ini menjadi salah satu tempat favorit. Tentunya dengan tetap mengedepankan aturan norma yang ada, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
sample pemotretan prewedding yang saya lakukan di wanagama |
sample pemotretan model yang saya lakukan di wanagama |
Wisata Pacitan [ Jawa Timur ]
Kabupaten Pacitan terletak di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo di utara, Kabupaten Trenggalek di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) di barat. Sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan kapur, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kidul. Tanah tersebut kurang cocok untuk pertanian.
Pacitan juga dikenal memiliki gua-gua yang indah, diantaranya Gua Gong (Gua Terindah Se-Asia Tenggara), Tabuhan (Batu dapat dipukul dan Berbunyi Seperti Alat Musik Gamelan), Kalak (Gua Pertapaan), dan Luweng Jaran (diduga sebagai kompleks gua terluas di Asia Tenggara). Di daerah pegunungan seringkali ditemukan fosil manusia purba dan alat - alat purbakala.
Ibukota Kabupaten Pacitan terletak 101 km sebelah selatan Kota Madiun. Terminal utama adalah terminal kelas A Pacitan. Akses jalan timur (dari Ponorogo & Madiun) pada awal tahun 2014 sudah cukup baik dan lebar, sementara akses jalan barat ke arah Jawa Tengah ada 2 pilihan, yaitu melewati jalur selatan dengan rute lebih panjang namun jalan relatif lebar atau melewati rute Sedeng dengan jarak tempuh lebih pendek namun harus melewati tanjakan sedeng barat (desa Sedeng) yang cukup tajam, sehingga bus besar tidak memungkinkan lewat jalur ini.
Namun begitu saat ini telah dibangun jalur alternatif Lintas Selatan yang melewati wilayah bagian selatan Kabupaten Pacitan ke arah timur, yang menghubungkan Pacitan dengan Kabuputen Trenggalek, melalui jalur Pacitan Kota - Kebonagung - Tulakan - Lorok - Sudimoro - Panggul (wil. Kab. Trenggalek) serta menghubungkan jalur Yogyakarta - Pracimantoro - Pacitan
Rute terjauh dari akses jalur timur adalah ke Surabaya yang dilayani bus besar patas AC, namun dalam 1 hari ada 3x pemberangkatan dari dan ke Pacitan, serta ada beberapa agen travel yang melayani perjalanan 2x dalam 1 hari. Rute selanjutnya adalah Ponorogo - Pacitan dilayani bus 3/4, armada tipe ini cukup banyak sehingga dalam 1 hari lebih dari 5 pemberangkatan bus dari terminal kelas A Pacitan.
Rute barat (ke Surakarta) dilayani bus AKAP dengan jumlah yang cukup banyak, namun hanya beroperasi dari jam 03.00 hingga 18.00. Untuk rute barat yang lewat Sedeng hanya dilayani kendaraan umum tipe kecil seperti colt dan carry dengan pemberhentian terakhir di Kecamatan Punung.
Pacitan dikenal dengan nama Kota Pariwisata atau Kota Seribu Goa. Hal ini dikarenakan kekayaan alam dan ekstika Pacitan yang sungguh luar biasa dan sangat memikat para pengunjung. Pariwisata di Pacitan terdiri dari Wisata Goa, Wisata Pantai, Wisata Pegunungan (Hikking), Wisata Sejarah, Wisata Pemandian Alam dan Saat ini sedang dalam tahap penyelesaian kawasan Olahraga yang nantinya bisa menjadi salah satu alternatif tempat yang bisa dikunjungi di Pacitan.
Wisata Goa yang terkenal di Pacitan diantaranya Goa Gong Yang ternama sebagai Goa Terindah se-Asia Tenggara, Goa Kalak Konon Mantan Preside Soeharto pernah melakukan semedi di Goa ini, Goa Tabuhan dimana Alibasyha Sentot Prawirodirjo pernah melakukan semedi di dalam Goa ini dan Batu di dalam goa ini jika dipukul akan membunyikan suara seperti alat musik gamelan Jawa, Goa Luweng Jaran.
Wisata Pantai terhampar luas di Pacitan, sehingga anda harus menentukan terlebih dahulu pantai mana yang akan anda kunjungi. Jika anda menginginkan pantai dengan pasir putih dan pemandangan batu karang yang indah Pantai Watu Karung, Srau dan Pantai Klayar bisa menjadi pilihannya. Namun jika anda menginginkan pantai yang penuh dengan sarana wisata dan mudah diakses Pantai Teleng Ria bisa menjadi pilihannya karena hanya berjarak sekitar 3 Km dari pusat Kota. Pantai lain yang bisa dikunjungi seperti Pantai Soge yang terkenal dengan jembatan indahnya, Pantai Taman dimana disana terdapat penangkaran penyu, pantai Sidomulyo dengan Flyingfox terpanjang se-Indonesia, dan masih banyak pilihan pantai lainnya.
Pemandian Air Hangat Tirtohusodo berada di Kecamatan Arjosari, sekitar 15 Km dari pusat kota ke arah Utara, disini menyuguhkan pesona mandi dibawa kaki gunung kelir dengan air Panas Alami, fasilitas di Pemandian ini pun cukup lengkap seperti Villa, Toko Cenderamata, Kantin atau Rumah Makan, Parkir luas
Monumen Jenederal Sudirman berada di Kecamatan Nawangan, 30 Km dari pusat kota Pacitan. Monumen ini berdiri megah di atas gunung dan telah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, disini masih dapat kita lihat Rumah yang digunakan Jenderal Sudirman ketika melakukan Gerilya.
Rumah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terletak di Lingkungan Blumbang, Kelurahan Ploso berjarak 200 meter dari Terminal Kelas A Kota Pacitan atau sekitar 1 Km dari pusat kota Pacitan.
Makanan khas Pacitan adalah nasi tiwul, bahkan penganan ini dahulu merupakan makanan pokok pengganti nasi bagi masyarakat Pegunungan Kidul seperti Wonogiri, Wonosari, Pacitan, dan Trenggalek. Nasi tiwul terbuat dari gaplek (umbi dari ketela pohon yang dikeringkan) yang kemudian ditumbuk dan ditanak. Selain itu makanan Khas dari Pacitan adalah olahan khas dari Ikan Tuna yang dibuat Tahu, Nugget, Otak - otak, Kerupuk dan Berbagai Olahan lainnya yang menjadikannya sebagai oleh - oleh Khas Pacitan.
[ sumber : wikipedia ]
1. Pantai Klayar Pacitan
Pantai Klayar terletak di Kecamatan Donorojo, berjarak sekitar 35 km dari kota Pacitan. Anda dapat sampai di pantai ini dalam waktu tempuh sekitar 60 menit.Pantai Klayar memiliki hamparan pasir putih, batu karang yang menyerupai Sphinx, karang bolong, seruling laut, dan air mancur alami setinggi 10 meter.
Presiden SBY dan keluarga telah berlibur di pantai ini beberapa minggu lalu saat tulisan ini dibuat.
2. Pantai Teleng Ria Pacitan
Pantai Teleng Ria dapat ditempuh dengan waktu 5 menit dari pusat kota Pacitan. Saat ini, Pantai Teleng Ria adalah salah satu tempat wisata Pacitan yang paling ramai dikunjungi.Hamparan pasir yang indah serta ombak laut yang relatif tenang membuat pantai ini menjadi destinasi favorit bagi banyak keluarga untuk menghabiskan waktu liburannya.
Anda dapat bermain di tepi pantai, berenang, dan melakukan banyak kegiatan menarik lainnya.
3. Pantai Watu Karung Pacitan
Pantai Watu Karung di Pacitan terkenal dengan keganasan ombaknya, sebuah pantai yang menjadi tempat surfing berkelas dunia di Pacitan.Di tahun 2009 silam, peselancar top Indonesia Rizal Tanjung mengajak Bruce Irons, juara Rip Curl Pro Search 2008, untuk menjajal ombak Pantai Watu Karung.
Tertarik untuk surfing di pantai yang satu ini?
4. Goa Gong Pacitan
Di dalam goa ini, terdapat sebuah batu yang jika dipukul akan menimbulkan bunyi seperti Gong yang ditabuh. Perjalanan menuju goa ini relatif mudah melalui jalanan setapak.Goa Gong terletak di Desa Bomo, sebuah gua yang indah dan cukup dalam diantara gugusan gua-gua yang berada di di sekitarnya. Goa ini adalah salah satu yang terkenal dari sejumlah tempat wisata Pacitan.
Nama Goa Gong erat kaitannya dengan salah satu nama perangkat gamelan Jawa, yaitu gong.
5. Goa Tabuhan Pacitan
Goa Tabuhan yang terletak di dusun Tabuhan, Desa Wereng ini adalah goa dengan karakter magis yang ada di Pacitan.Nama goa ini berasal dari kata tabuh, yang artinya membunyikan alat musik pukul.
Di dalam goa, Anda dapat menikmati sajian musik gamelan Jawa dengan instrumen yang berasal dari stalatit/stalagnit yang dimiliki goa di Jawa Timur ini.
6. Sungai Maron Pacitan
Sungai Maron adalah “Green Canyon” nya Pacitan. Sungai ini dapat Anda temui di Desa Maron. Cara terbaik untuk menikmati pesona green canyon ini adalah dengan menyewa perahu penduduk, lalu menyusuri sungai yang panjangnya 4,5 km ini.Pesona salah satu tempat wisata Pacitan ini terletak pada panorama alam yang dapat Anda nikmati tatkala menyusuri alur sungai. Paduan harmoni alam dari pepohonan kelapa dan jambu serta air sungai yang jernih akan sangat menawan hati.
Anda akan mendapati sebuah suasana damai di tempat ini. Aliran Sungai Maron bermuara di Pantai Ngiroboyo. Setiap tahun, di sungai ini diadakan lomba dayung yang telah dimulai sejak tahun 2012 silam.
7. Pemandian Banyu Anget Pacitan
Air yang ada di tempat pemandian Banyu Anget berasal dari sumber air panas Tirto Husodo di Pacitan.Pemandian ini terletak sekitar 15 km sebelah utara pusat kota. Anda akan mudah menjumpai tempat pemandian air panas Pacitan ini.
Di sana, ada banyak kolam yang ada. Tersedia 4 kolam untuk pemandian, 2 kolam renang dewasa, kolam renang anak-anak, serta kolam tempat sumber air panas.
[sumber : http://www.initempatwisata.com ]
Pengalaman saya berwisata di Pacitan pada saat saya masih kuliah, saya dan teman-teman kampus yang seangkatan berwisata dari Jogjakarta menggunakan bis pariwisata, kami melalui jalur lewat wonosari. Kami disana berwisata ke pantai dan beberapa goa, diantaranya goa tabuhan dan goa gong. Ada yang menarik di goa tabuhan, stalaktit di goa tersebut ternyata bisa dijadikan alat musik. Disana kami menyewa warga yang biasa memainkan stalaktit tersebut dan mereka merangkainya menjadi musik yang indah dengan memadukannya dengan alat musik gamelan.
Pengalaman saya selanjutnya di Pacitan adalah saat saya mendapat job pemotretan produk tas dengan menggunakan model. Kebetulan klien saya meminta melakukan pemotretan di Pacitan. Kami melakukan pemotretan disalah satu pantai yg cukup indah, keindahan pemandangan pantai disana memang tidak kalah indah dengan yang ada di Bali. Bahkan klien saya yang berasal dari Switzerland mengatakan pantai-pantai di Pacitan lebih indah dibandingkan yang ada di Bali. Pantai yang kami pergunakan untuk melakukan pemotretan bersebelahan dengan pantai yang lain, disana kami menyaksikan beberapa wisatawan asing yang sedang asik berselancar.
Bagi anda yang suka berwisata pantai atau goa, tidak ada salahnya mengunjungi kota Pacitan. Disana anda akan disuguhi pemandangan yang bisa memanjakan mata anda. Jadi tunggu apalagi? Sayapun sangat ingin kembali kesana untuk menikmati suasana alam di Pacitan.
sample hasil pemotretan saya bersama klien di Pacitan |
sample hasil pemotretan saya bersama klien di Pacitan |
Benteng Pendem Cilacap [ Jawa Tengah ]
Benteng Pendem Cilacap (bahasa Belanda: Kustbatterij op de Landtong te Cilacap), dibangun 1861, adalah benteng peninggalan Belanda di pesisir pantai Teluk Penyu kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Bangunan ini merupakan bekas markas pertahanan tentara Hindia Belanda yang dibangun di area seluas 6,5 hektare secara bertahap selama 18 tahun, dari tahun 1861 hingga 1879. Benteng pendem sempat tertutup tanah pesisir pantai dan tidak terurus. Benteng ini kemudian ditemukan dan mulai digali pemerintah Cilacap tahun 1986.
Benteng Pendem dahulunya merupakan markas pertahanan tentara Belanda di Cilacap, Jawa Tengah yang didesain oleh arsitek Belanda. Benteng ini difungsikan untuk menahan serangan yang datang dari arah laut bersama dengan Benteng Karang Bolong, Benteng Klingker, dan Benteng Cepiring. Benteng Pendem difungsikan hingga tahun 1942. Ketika perang melawan Pasukan Jepang, benteng ini berhasil dikuasai Jepang. Tahun 1941, Jepang meninggalkan benteng ini karena kota Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh sekutu; sehingga, benteng ini diambil alih oleh TNI Banteng Loreng Kesatuan Jawa Tengah. Dalam penguasaan TNI, benteng ini digunakan para pejuang kemerdekaan berlatih perang dan pendaratan laut.
Bangunan benteng pendem terdiri dari beberapa ruang yang masih kokoh hingga kini. Namun, sejak awal ditemukan, ruangan dalam benteng belum sepenuhnya diketahui. Ruangan dalam benteng yang umum diketahui terdiri dari barak, benteng pertahanan, benteng pengintai, ruang rapat, klinik pengobatan, gudang senjata, gudang mesiu, ruang penjara, dapur, ruang perwira, dan ruang peluru. Ada pula yang menyatakan bahwa dalam benteng tersebut terdapat terowongan menuju benteng-benteng lain dan sejumlah gua di pulau Nusakambangan. Namun, hingga kini hal itu belum sepenuhnya terbukti.
"Benteng Pendem Cilacap Awal Ditemukan Tertimbun Tanah Tebal", Kedaulatan Rakyat.
Cerita diatas saya ambil dari wikipedia.
Ada cerita lain mengenai Benteng Pendem Cilacap, bahwa benteng tersebut dibangun oleh Portugis. Pada perencanaan awalnya benteng pendem dibuat untuk dijadikan pelabuhan terbesar [bukan di Semarang seperti saat ini], namun pembangunan benteng ini sebagai pelabuhan terbesar terhenti karena adanya wabah malaria. Benteng pendem yg berada di kota Cilacap ini memiliki lorong bawah laut yang terhubung dengan benteng yang ada di pulau Nusakambangan, tapi oleh karena perjalanan waktu lorong tersebut sudah ditutup yang kemungkinan dikarenakan lorong tersebut sudah rusak dan terendam air laut. Konon ceritanya disana juga ada lorong yg terhubung langsung dengan laut yang berfungsi untuk membuang mayat langsung kelaut.
Pengalaman saya dengan benteng yang satu ini sebenarnya sudah lama sekali. Saya lahir dan dibesarkan di kota Cilacap, jadi sebenarnya saya sudah mengenal benteng ini sudah lama. Ada pengalaman dahulu waktu saya masih kecil [ SD ] bersama kakak dan ayah saya, saat itu kami berwisata bersama ke benteng pendem, disana kami menyusuri ruangan-ruangan yang ada di benteng tersebut ditemani penjaga yg menjelaskan mengenai sejarah ruangan-ruangan tersebut. Kami memasuki beberapa ruangan, ada beberapa ruangan yg lantainya digenangi air, setelah puas berkeliling dibeberapa ruangan tersebut kami ditemani bapak penjaga ingin memasuki sebuah lorong panjang yang terlihat gelap yang konon katanya di lorong tersebut pernah ditemukan kerangka dan senjata.
Baru kita akan melangkah masuk ke lorong tersebut, tiba-tiba dari dalam lorong yang gelap tersebut terdengar lolongan anjing/serigala. Awalnya saya pikir hanya saya yang mendengarnya, tapi ternyata ayah, kakak dan penjaga yang mengantar kami juga mendengarnya. Kebetulan disana juga ada orang yang juga berwisata dan mereka tadinya juga ingin ikut bergabung memasuki lorong tersebut bersama kami, tapi ternyata mereka juga mendengar suara lolongan tersebut. Kami semua saling pandang merasa bingung bercampur takut juga, akhirnya kami semua sepakat mengurungkan memasuki lorong tersebut. Sebetulnya banyak sekali cerita-cerita misteri yang dialami para pengunjung seperti diantaranya penampakan putri di lorong di hasil foto pengunjung.
Tapi diluar berbagai macam cerita mistis tersebut, benteng pendem tetaplah cagar budaya yang harus dilindungi, karena dari bangunan tersebut banyak sejarah mengenai perjalanan bangsa ini yang perlu dilestarikan. Jadi jangan ragu untuk mampir berwisata ke lokasi ini. Sayapun kalo ada waktu ingin berencana mengunjungi tempat ini kembali.
[ Wahyu Wiguno ]
Langganan:
Postingan (Atom)